Rabu, 20 April 2016

Pengertian Toksoplasma


Toksoplasma atau toksoplasmosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh parasit toksoplasma gondii. Tidak hanya ditularkan oleh kucing namun juga dapat ditularkan oleh semua jenis hewan termasuk burung, ikan, kelinci, anjing, babi, kambing dan mamalia lain. Parasit ini juga dapat ditemukan pada daging setengah matang, telur setengah matang, buah-buahan, atau sayuran yang tercemar tinja hewan peliharaan yang mengandung oosit toksoplasma, salah satu bentuk toksoplasma yang dapat menimbulkan infeksi. Toksoplasma dalam bentuk tachizoit terdapat dalam cairan tubuh seperti darah, air liur, dan cairan sperma, yang mampu ditularkan oleh serangga lewat gigitan. Tachizoit juga bisa bersarang di calon telur atau kelenjar susu sehingga tidak menutup kemungkinan telur dan air susu bisa tertular toksoplasma. Penularan juga bisa terjadi lewat transfusi darah atau transplantasi organ yang membawa kista toksoplasma. Cangkok jantung, ginjal, dan hati bisa menjadi penularan toksoplasma.

Parasit toksoplasma kebanyakan berkembang biak dalam sel darah putih, jaringan parenkim, dan sel endotel dengan cara membelah diri. Setelah berkembang biak, parasit ini kemudian membentuk kista. Dalam bentuk kista inilah parasit akan berdiam diri di dalam jaringan saraf mata, otot jantung, alat pencernaan, dan lain sebagainya. Pada saluran pencernaan hewan sebangsa kucing, toksoplasma bahkan mampu berkembang biak secara lengkap. Sebab itu hewan kucing disebut induk semang difinitif. Pada kotoran kucing, toksoplasma ditemukan dalam bentuk telur. Dalam waktu 48 jam telur itu akan membelah menjadi bentuk-bentuk infektif yang berbahaya bagi manusia atau hewan lain jika tertelan melalui makanan atau minuman yang tercemar. Dalam organ tubuh manusia, kista toksoplasma umumnya tidak bermasalah. Pengidap kista toksoplasma nyaris tidak mempunyai keluhan karena parasit toksoplasma tergolong oportunistik.

Tidak benar bahwa toksoplasma hanya menyerang wanita hamil. Toksoplasma dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin dan umur. Sebagian besar orang yang terinfeksi toksoplasma telah membentuk kekebalan tubuh sehingga parasit toksoplasma tidak berkembang dan terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Pada orang dewasa toksoplasma biasanya menimbulkan gejala berupa rasa lelah, nyeri kepala, sakit tenggorokan, demam, pembesaran kelenjar getah bening termasuk hati serta limpa atau gangguan pada kulit. Pada penderita imunocompromise, misalnya penderita AIDS, kanker maupun transplantasi organ, akan cepat terlihat adanya gangguan sistem syaraf, encepalitis, pembesaran kelenjar limfa, gangguan mata, pendengaran, gangguan pernafasan serta gangguan jantung.

Namun, itu semua bukan gejala yang khusus sehingga sulit untuk mengetahui adanya toksoplasma dalam tubuh seseorang hanya dari gejala yang ditimbulkannya sehingga banyak penderita maupun dokter mengabaikannya. Kondisi ini terjadi akibat adanya sistem kekebalan yang menekan tachizoit tetap berada dalam bentuk kista inaktif. Infeksi toksoplasma baru bisa dideteksi jika dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium melalui uji serologis (serum darah), yaitu dengan mendeteksi adanya antibodi khas antitoksoplasma. Seseorang dinyatakan terinfeksi toksoplasmosis jika dalam darahnya terdeteksi IgM dan IgA antitoksoplasma positif. Bila indikasi infeksi positif, orang tersebut harus segera diberi penanganan sedini mungkin. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan, setelah selesai persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila terdapat lgM positif maka bisa dipastikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, pemeriksaan berkala tetap harus dilakukan sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini, penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu, pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.

Pada dasarnya manusia resisten (kebal) terhadap infeksi toksoplasma. Walaupun terinfeksi (kuman masuk ke dalam tubuh), itu tidak menimbulkan gejala penyakit. Namun, pada wanita hamil ternyata dapat berdampak signifikan, seperti mengakibatkan abortus (keguguran), atau cacat pada janin. Ibu hamil yang mengalami infeksi primer toksoplasma sesaat menjelang hamil, selama hamil atau reaktivasi, dapat menularkan penyakit toksoplasma kepada bayinya. Semakin tua usia kehamilan, semakin mudah untuk terkena toksoplasma. Namun, semakin muda janin terkena infeksi, semakin berat manifestasi klinisnya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, sekitar 40 persen wanita hamil pengidap toksoplasma pada awal kehamilan, janin yang dilahirkan akan terinfeksi, dan 15 persen mengalami abortus atau kelahiran dini. Sebanyak 17 persen janin terinfeksi pada trimester pertama, 24 persen pada trimester kedua, dan 62 persen pada trimester ketiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar